Tak banyak
yang aku harap, hanya biar anakku tidak tertinggal dengan murid-murid lain di
sekolahnya. Lala, begitulah aku memanggilnya sehari-hari. Nama lengkapnya
Nahrin Nayla Salsabila. Arti Nayla Salsabila aku kira semua tidak merasa asing.
Sedang nama Nahrin, aku ambil dari kata “Nahara”, yang artinya siang hari
karena dia dilahirkan di siang hari. Alih-alih seperti nama “Syakira” yang
diambil dari kata “Syukron”. hehehe
Pada awalnya
aku sempat kaget ketika hari Sabtu ada kesempatan aku libur kerja dan mengantar
anakku ke sekolah, mama Eji, biasa aku panggil salah satu ibu-ibu yang juga
tiap hari mengantar anaknya ke sekolah, bahwa kegiatan anaknya tiap paginya les
ngaji, kemudian lanjut sekolah. Pulang sekolah si anak dikasi waktu tidur 1.5
jam, lalu sorenya les calistung dan bahasa Inggris.
Gubragggg......aku
kaget mendengarnya. Segitukah anak kecil sekarang harus mengatur waktunya? Atau
aku yang ketinggalan informasi?
Mulanya aku
berusaha tidak menghiraukan hal itu. Informasi yang aku tahu, belajar membaca
itu pada tingkat Sekolah Dasar. Tapi melihat kenyataan seperti ini, sepertinya
aku harus mengimbangi keadaan. Aku berpikir bagaimana anakkku tidak tertinggal
dengan teman-temannya di sekolah dengan waktuku sebagai seorang pekerja yang
terbatas hanya mengantar jemput anak ke sekolah atau les saja sekaligus tidak
terlalu boros biaya.
Aku
bersyukur sekali, masalah ngaji bisa aku atasi sendiri dan kebetulan setiap habis
magrib memang anakku kubiasakan ngaji dan kuajar sendiri. Selanjutnya,
pelan-pelan lala aku ajari membaca. Berbekal browsing internet dan baca sana
sini, kusimpulkan bahwa metode yang cepat dan bagus untuk anak belajar baca
adalah “Belajar Membaca Tanpa Mengeja.”
Aku cobakan
metode ini, dan walhasil, tanpa aku sadari dalam waktu kira-kira dua bulan Lala
sudah bisa membaca dan menempuh waktu tiga bulan saja dia sudah lancar sampai
dengan huruf konsonan dobel serta tanpa aku ajari, dia bisa menulis karena
sudah terbiasa membaca.
Untuk anak
yang masih TK besar seperti lala, lagi-lagi aku belum tega untk memforsirnya.
Meskipun aku sudah menyiapkan metode untuk mengajarinya berhitung,
“Jarimatika”. Metode ini aku pilih karena tidak memaksa anak untuk terus
berhitung tapi memakai metode sehingga tidak membebani otak anak. Aku sudah
membaca dan mempelajarinya. Setidaknya ketika kurasa Lala telah siap, tinggal action mengajarinya.
Lala aku
lihat lebih percaya diri setelah bisa membaca. Perlu pengorbanan waktu yang
lumayan sih untuk menyisihkan waktu mengajarinya belajar. Tapi aku puas dengan
hasilnya dan bisa mengikuti perkembangannya.
Setiap
harinya, selesai solat magrib, Lala langsung ngaji dan aku selipi dengan
menambah vocab bahasa inggris, 2 atau 3 noun
saja. Alhamdulillah, sekarang dia sudah sampai jilid 5 dan vocabulary nya juga terus bertambah dengan drastis serta
membacanya semakin lancar.
Minggu lalu,
tepatnya tanggal 7 Maret 2013, dia harus mengikuti tes kemampuan Dasar dan tes
psikologi untuk masuk SD.
Berbekal
informasi dari ibu-ibu sebelumnya, dikatakan bahwa tes kemampuan dasarnya,biasanya
kemampuan mengenal huruf latin dan huruf hijaiyah, surat pendek, do’a
sehari-hari, kadang menulis namanya sendiri. Kalau itu sih,menurutku, Lala
mampu.
Dan ketika
pulang dari tes....
“Tadi
disuruh apa Dik?” tanyaku pada Lala
Dengan suara
khas anak-anaknya dia jawab “baca do’a makan, do’a kedua orang tua, terus surat
pendeknya Al-Fatihah, Al-Falaq dan Annaas.”
“Alhamdulillah,
anakku bisa.” Aku bergumam dalam hati
“suruh nulis
juga Dik?” aku melanjutkan dengan penasaran
“iya, semua
suruh nulis namanya.” Dia melanjutkan sambil makan es krim yang aku belikan di
depan sekolah.
“Lala bisa?”
aku tanya lagi
“bisa, tapi
hanya lala tulis NAHRIN aja.” Katanya enteng
“Lho kenapa?
Lala kan bisa tulis nama dengan lengkap?” tanyaku agak gemes dan bingung.
“Nama NAYLA
sudah banyak Ma, SALSABILA juga banyak. Makanya Lala tulis Nahrin saja biar
ngga ada yang sama.”
Astaghfirullah
Tuhan......aku gak bisa jawab apa-apalagi, hanya memandanginya saja.